1.1.Bias Rangkap (BIREFRINGENCE)
Fenonema bias
rangkap terjadi pada media anisotropic optic, yakni media yang mempunyai sifat
optic (khususnya indek bias) yang besarnya tergantung pada arah. Berdasarkan pada besarnya indeks bias
masing-masing arah. Kristal anistropi dibagi menjadi 2 macam yakni Kristal
unixaial dan Kristal biaxial. Bila indeks bias pada dua arah besarnya sama dan
arah yang lainnya sama misalnya n2 = n3 = n1,
maka Kristal demikian disebut dengan Kristal uniaxial, dengan sumbu x (n1)
sebagai
sumbu optik. Sedangkan untuk keadaan indeks bias yang tidak sama untuk ketiga arah n2 = n3 = n1, Kristal demikian disebut dengan Kristal biaxial. Arah kristal yang berhubungan dengan sifat optic (elipsoida Fresnel). Untuk Kristal uniaxial, maka komponen medan kearah CO selalu mempunyai indeks bias n2 dengan kecepatan rambat gelombang Vo = V2 = c/ n2 dan arahnya tegak lurus U (arah berkas cahaya) serta sumbu optic X. Gelombangb dengan arah seperti ini disebut dengan gelombang ordinary (“O”). Komponen CE yang berbentuk elip dengan indeks bias yang bervariasi terhadap arah mempunyai nilai antara n2 dan n1, dengan kecepatan Vo bervariasi antara V1 dan V2, arah gelombang selalu tegak lurus U, tetapi tidak tegak lurus sumbu optic. Gelombang yang terjadi merupakan gelombang extraordinary (“e”).
sumbu optik. Sedangkan untuk keadaan indeks bias yang tidak sama untuk ketiga arah n2 = n3 = n1, Kristal demikian disebut dengan Kristal biaxial. Arah kristal yang berhubungan dengan sifat optic (elipsoida Fresnel). Untuk Kristal uniaxial, maka komponen medan kearah CO selalu mempunyai indeks bias n2 dengan kecepatan rambat gelombang Vo = V2 = c/ n2 dan arahnya tegak lurus U (arah berkas cahaya) serta sumbu optic X. Gelombangb dengan arah seperti ini disebut dengan gelombang ordinary (“O”). Komponen CE yang berbentuk elip dengan indeks bias yang bervariasi terhadap arah mempunyai nilai antara n2 dan n1, dengan kecepatan Vo bervariasi antara V1 dan V2, arah gelombang selalu tegak lurus U, tetapi tidak tegak lurus sumbu optic. Gelombang yang terjadi merupakan gelombang extraordinary (“e”).
Suatu keping
Kristal kalsit parallel dengan sumbu optic tertentu dikenai berkas cahaya tak
terpolarisasi dengan sudut datang tertentu, maka berkas cahaya terbias terbagi
menjadi dua bagian, sehingga disebut dengan Kristal bias rangkap. Satu bagian
yang dikenal dengan sinar ordinary merambat dalam Kristal dengan memenuhi hukum
Snell, dan bagian yang lain yang disebut dengan sinar ekstraordinari merambat
menyebar melalui Kristal dan akan diteruskan keluar dari Kristal dengan arah
sejajar sinar ordinary. Fenomena bias rangkap ini ditunjukkan secara skematis.
Dua kasus
khusus berhubungan dengan arah berkas cahaya U terhadap sumbu optic menunjukkan
bahwa bila arah berkas cahay yang mengenai Kristal sejajar sumbu optic, maka
kedua gelombang (“e” dan “O”) akan merambat dengan kecepatan yang sama V2.
Sedangkan bila berkas datang dengan arah tegak lurus sumbu optic Kristal, maka
kecepatan kedua gelombang tidak sama besar yakni untuk gelombang ordinay
mempunyai kecepatan rambat Vo = V2 = V1,
Sedangkan kecepatan rambat gelombang extraordinary sebesar Ve = V1
= V//. Dari perbandingan besarnya indeks bias
masing-masing arah, dikenal dua macam Kristal, yakni kristal negatif dengan
indeks bias n2 (arah tegak lurus sumbu optic) lebih besar disbanding
dengan indeks bias arah sumbu optic n1 (n2 > n1)
dan Kristal positif dengan kondisi kebalikan dari Kristal negatif (n1
> n2). Beberapa contoh Kristal dengan besarnya indeks bias yang
mempunyai sifat uniaxial biaxial.
Tabel
beberapa Contoh bahan Kristal uniaxial dan biaxial
Kristal
|
Material
|
n1 (ne)
|
n2 (na)
|
n2
|
Uniaxial
|
Tourmalin
|
1,638
|
1,669
|
|
Calcite
|
1,4864
|
1,6584
|
||
Quartz
|
1,5534
|
1,5443
|
||
Sodium Nitrat
|
1,3369
|
1,5854
|
||
Biaxial
|
Aragonite
|
1,5301
|
1,6816
|
1,6859
|
Gypsum
|
1,5206
|
1,5227
|
1,5297
|
|
Mica
|
1,5692
|
1,6049
|
1,6117
|
Seberkas
sinar datang pada permukaan batas Kristal negatif dengan sudut datang tidak
sejajar normal permukaan. Dalam Kristal terjadi fenomena bias rangkap, baik
dengan sumbu optic Kristal sejajar permukaan maupun yang mempunyai sumbu optic
tegak lurus permukaan Kristal. Bila berkas cahaya terpolarisasi bidang mengenai
permukaan dengan arah tegak lurus permukaan batas Kristal dengan arah sumbu
optic sejajar atau tegak lurus arah normal Kristal, maka fenomena bias rangkap
tidak dapat teramati karena kedua macam sinar merambat dengan arah perambatan
yang sama. Sumbu optic yang sejajar arah normal, kedua sinar mejalar dalam
Kristal dengan kecepatan yang sama, sehingga arah dan jenis polarisasi cahaya
yang keluar Kristal tidak berubah. Pada keadaan yang lain dengan aarah sumbu
optic Kristal sejajar permukaan batas, akan mengakibatkan perbedaan kecepatan
rambat kedua sinar menyebabkan timbulnya beda phase antara gelombang selama
menjalar dalam Kristal. Pada keadaan fenomena bias rangkap juga tidak dapat
teramati kedua sinar merambat dengan arah perambatan yang sama hanya dengan
kecepatan yang berbeda.
Besarnya
perbedaan phase kedua gelombang yang timbul dalam mengakibatkan pada jenis
polarisai cahaya yang keluar dari Kristal. Perbedaan phase sebesar 2 radian tidak
akan mengubah arah dan jenis polarisasi cahaya yang masuk, artinya jenis dan
arah getar medan listrik (arah bidang polarisasi) cahaya masuk maupun yang
keluar setelah merambat dalam Kristal sama. Komponen optic yang dibuat dengan Kristal
yang mempunyai sifat seperti ini disebut dengan keeping gelombang penuh (). Sedangkan perbedaan phase sebesar radial akan
mengubah arah polarisasi bidangnya yang bergeser sebesar 90o.
Komponen optik yang mendasarkan pada sifat ini disebut dengan keeping setengah
gelombang. Jika gelombang cahaya terpolarisai bidang dengan arah getar medan
listrik horizontal melalui keeping setengah gelombang (), maka cahaya yang keluar juga. merupakan cahaya
terpolarisai bidang, tetapi dengan arah getar medan listrik bergeser 90o
atau menjadi arah vertical. Sedangkan perbedaan phase antara kedua gelombang
sebesar /2 radian akan mengahsilkan ketiga macam polarisasi
cahaya, tergantung pada sudut arah getar medan listrik dan arah sumbu cepat
Kristal. Cahaya polarisasi bidang yang keluar dari keeping dengan perbedaan
phase /2 radian dapat diperoleh bila arah getar medan magnet
listrik cahaya sejajar atau tegak lurus sumbu cepat atau sumbu lambat kristal.
Sedangkan cahaya terpolarisasi lingkarandidapat bila sudut arah getar medan listrik gelombang yang
datang membentuk sudut = /4 radian tehadap arah sumbu cepat atau lambat
Kristal. Selain sudut yang dimaksud diatas akan menghasilkan cahay
terpolarisasi elips komponen optik yang memanfaatkan sifat seperti ini dikenal
luas sebagai keeping seperempat gelombang (/4). Pada Kristal istropis uniaxial yang menghasilkan
fenomena bias rangkap, sebesarnya perbedaan indeks bias sinar ordinary dan
ekstraordinari n = (no – n) disebut dengan ukuran birefringence linier.
Kristal
uniaxial positif mempunyai karakteristik bahwa indeks bias Vo > V, dan setelah menjalar sepanjang dengan tebal d memberikan beda lintasan
optik relative sebesar :
(no – ne)
dan beda fase relatifnya :
= d (no
– ne)
Dengan = panjang
gelombang cahaya dalam vakum
Dari
persamaan dapat diperoleh tabel Kristal untuk difungsikan sebagai keeping
gelombang. Tabel Kristal untuk keeping gelombang penuh dapat diperoleh dengan
masukkan nilai beda fase relative sebesar = 2, sehingga retrdasi relatifnya menjadi satu gelombang,
sehingga gelombang yang keluar Kristal mempunyai arah getar medan listrik
(polarisasi cahaya) yang sama dengan gelombang yang masuk dalam hal bentuk
polarisasinya. Pada keeping setengah gelombang dengan beda fase relatif rad, cahaya
yang dihasilkan berupa cahaya terpolirisasi bidang dengan dengan arah getar
medan listrik berbeda 90o terdapat cahaya datang. Sedangkan untuk
keeping seperempat gelombang dengan beda fase relatif rad memberikan gelombang
terpolarisasi lingkaran bila amplitude gelombang ordinary dan ektraordinary
sama, dan berbentuknya elip bila tidak sama.
1.2. Aktivitas Optik
Optik Aktif
merupakan sifat Kristal (berupa zat padat atau zat cairan) yang dapat memutar
bidang polarisasi berkas cahaya yang
melaluinya. Fenomena optik aktif, khususnya untuk cairan dapat diamati dengan
perangkat yang disebut polarimeter. Contoh Kristal optik aktif berupa padatan
adalah quartz (kuarsa).
Jika dalam
Kristal bias rangkap tedapat indeks bias ordinary dan ekstraordinari (no – ne)
maka pada Kristal yang mempunyai sifat optik aktif terdapat indeks bias cahaya
polarisasi lingkaran putar kanan (nr) dan indeks bias cahaya
polarisasi lingkaran putar kiri (n1). Bila indeks bias bisa putar
kiri lebih besar disbanding indeks bias putar kanan (n1>nr)
maka dihasilkan pemutaran bidang polarisasi searah dengan jarum jam yang
dikenal dengan d-rotatory (Dextrorotatory), sebaliknya untuk n1>nr menghasilkan
pemutaran bidang polarisasi berlawanan jarum jam atau disebut dengan I-rotatory
(Levorrotatory). Pemutaran bidang polarisasi tergantung pada ketebalan bahan
dan panjang gelombang yang dilakukan. Besarnya pemutaran bidang polarisai oleh
bahan setebal d adalah
(n1 -
nr)
Suatu
Kristal kuarsa setebal 1 mm mampu memutar bidang polarisasi sebesar 21,7o
bila cahaya yang dilewatkan berupa cahaya sodium., tetapi dengan Kristal yang
sodium chlorate yang mempunyai ketebalan dan panjang gelombang yang dilewatkan
sama ternyata hanya mampu memutar bidang polarisasi sebesar 3,67o.
1.3. Modulator Elektro-Optik
Elektro-optik
adalah perubahan sifat optis bahan (yakni indeks bias) yang disebabkan oleh
pemberian medan listrik dari luar. Bila medan listrik dikenakan pada medium
optik tertentu yang mempunyai sifat elektro-optik maka distribusi electron
dalam medium berupa berubah karena medan listrik sehingga polarisasi dan indeks
bias medium berubah menjadi medium elektro-optik, yaitu medium yang yidak
isotropic/todak homogeny secara optik. Perubahan indeks bias sebagai fungsi
medan magnet listrik dinyatakan sebagai (Wilson dan Hawkes 1963)
rE2 + pE2
Dengan : r =
koefisien elektro-optik linier
r E = efek Pockel
P = koefisien elektro-optik quadratic
p E2 = efek kerr
Suatu skema modulator yang bekerja
berdasarkan fenomena elektro-optik. Bila berkas gelombang datang menjalar dalam
bahan elektro-optik sepanjang sumbu Z yang mempunyai persamaan E = Eo
cos (, maka pada saat posisi Z =
0 persamaan gelombang dapat diuraikan menjadi Ex = (Eo / 2) cos ( dan E/ = (Eo / 2) cos (. Dengan anggapan bahwa
koefesien elektro-optik kuadratik pada bahan yang sama dengan nol (p = 0),
sehingga hanya efek Pockel saja yang muncul, maka perubahan indeks bias pada
bahan
n - no = - 0,5 r no3E2
Dengan no = indeks bias tanpa medan
E2 = medan listrik arah
perambatan
1.4. Modulator Magneto-optik
Pada
modulator optik efek magneto optik perubahan indeks bias dalam bahan disebabkan
karena pengaruh medan magnet medan dari luar. Salah satu contoh efek
magneto-optik adalah efek Faraday. Faraday (1845) telah mendapatkan kenyataan
bahwa ketika berkas cahaya terpolarisasi linier melalui suatu bahan yang
diberikan medan magnet padanya maka arah bidan polarisasi berputar sebanding dengan komponen medan magnet yang
sejajar arah perambatan. Pemutaran bidang polarisasi dinyatakan secara
sistematis sebagai = V B L (Hecht
1987), dengan V adalah konstan Verdet, B adalah fluks magnet sejajar arah
perambatan, dan L adalah panjang bahan. Wilson dan Hawkes 1983 menyatakan
pemutaran bidang polarisasi dengan suku-suku indeks bias
= (nr –
n1) L
Dengan nr = indeks
bias putar kanan, n1 = indeks bias putar kiri, seperti
halnya pada bahan efek optik aktiv. Beberapa bahan yang mempunyai sifat
magneto-optik.
Tabel Konstan Verdet
beberapa bahan yang diukur pada = 589,3 nm
Bahan
|
V (rd m-1
T-1)
|
Kuarsa (SiO3)
|
4
|
Zinc Sulphide (ZnS)
|
82
|
Crown Glas
|
6,4
|
Flint Glasss
|
23
|
Sodium Chloride
(NaCl)
|
9,6
|
1.5. Akusto-Optik
Akusto-optik
atau kadang kala disebut dengan elasto-optik merupakan fenomena perubahan
indeks bias medium yang disebabkan oleh regangan mekanik karena gelombang
akuastik yang melaluinya. Periode variasi regangan dan indeks bias panjang
gelombang sama dengan
panjang gelombang akuastik. perubahan indeks bias disebabkan oleh efek
photoelastis yang terjadi pada bahan yang mengalami tegangan mekanik.
Berdasarkan
pada arah penjalaran berkas cahaya, modulasi sinyal pada bahan akusto-optik
bagi yang menjadi dua tipe, yakni tipe tramisi yang disebut dengan tipe
Raman-Nath, dari tipe refleksi yang biasa dikenal dengan tipe Bragg. Pada tipe
tramisi, cahaya yang terdifraksi mengikuti aturan
m o = sin m
dengan m = orde
difraksi = 0,1,2,…,
m = sudut difraksi
Besarnya
bagian intesitas yang bergeser dari orde nol pola difraksi atau sering disebut
dengan efensi difraksi :
=
dengan Io
= intensitas tanpa gelombang akuastik
0 komentar:
Posting Komentar