A.
Modulasi
Cahaya
Pada teori modern, diketahui bahwa cahaya merupakan gelombang yang
dapat memiliki sifat-sifat seperti pembiasan, pemantulan, interferensi,
difraksi, dan polarisasi. Perambatan cahaya dapat dianalisis secara
mendetail menggunakan teori gelombang elektromagnetik. Teori ini untuk
menjelaskan cahaya dalam frekuensi, panjang gelombang, dan fasa. Teori lain
yang berkembang berhubungan dengan cahaya adalah teori kuantum cahaya atau
disebut juga teori Foton. Teori ini memandang cahaya sebagai perambatan paket
energi yang disebut foton. Energi yang dikandung dalam tiap foton dihubungkan
dengan frekuensi dari cahaya adalah:
Ep=h.f
dimana : Ep adalah energi foton (Joule)
h adalah konstanta Planck (6,626.10-34 Joule-s)
f adalah frekuensi (Hertz)
Teori foton ini digunakan dalam analisis dan
menjelaskan tentang pembangkitan dan deteksi cahaya. Hal ini sangat membantu
dalam menggambarkan transformasi cahaya ke
dalam arus elektron (elektrik) dan sebaliknya.
B. Modulasi Optik
Modulasi adalah suatu proses
penumpangan sinyal-sinyal informasi ke dalam sinyal pembawa (carrier), sehingga
dapat ditransmisikan ke tujuan. Modulasi optik atau modulasi cahaya adalah
teknik modulasi yang menggunakan berkas cahaya berupa pulsa pulsa cahaya
sebagai sinyal pembawa informasi. Berkas cahaya yang digunakan disini adalah
berkas cahaya yang dihasilkan oleh suatu sumber cahaya (laser atau LED).
Dibandingkan dengan modulasi konvensional, modulasi cahaya memiliki keunggulan
dalam hal ketahanan terhadap derau yang sangat tinggi, karena sinyal tidak
dipengaruhi medan elektromagnet. Di samping itu, sistem ini memungkinkan
adanya bitrate hingga mencapai ratusan gigabit per detik. Dalam modulasi optik,
sinyal dapat dimodulasi amplitudonya yang dikenal dengan modulasi intensitas
(Intensity Modulation) berupa Amplitudo Shift Keying (ASK) / On-Off Keying
(OOK). Selain itu, berkas cahaya dapat juga dimodulasi frekuensinya atau lebih
tepat modulasi panjang gelombang (Wavelength Modulation). Dan yang ketiga adalah
dimodulasi fasanya (Phasa Modulation).
C. Teknik Modulasi Optik
Dalam modulasi optik koheren, sinyal cahaya yang
dimodulasikan dapat direpresentasikan dalam bentuk rumus besaran elektrik. Adapun rumus dasar besaran tersebut
dapat didefinisikan :
dimana : Keterangan
Dari persamaan dasar diatas, dapat diturunkan tiga macam teknik
modulasi optik :
1. Amplitude Shift Keying (ASK) atau disebut juga On-Off Keying (OOK)
yang memodulasi sinyal optik dengan perubahan amplitudo antara “0” dan “1”
sementara frekuensi konstan dan tak ada lompatan fasa.
2. Frequency Shift Keying (FSK) yan memodulasi sinyal optik
dengan perubahan Frekuensi w1 ( omega 1) dan w2 ( omega 2)
danmewakili sinyal biner, sementara amplitudo konstan dan tak terjadi lompatan
fasa.
3. Phase Shift Keying (PSK) yang memodulasi sinyal optik
berdasarkan perubahan fasa menurut gelombang sinus:
dimana beta adalah indeks modulasi dan adalah frekuensi modulasi omega
M
D. Modulator Optik
Modulator optik berfungsi memodulasi cahaya dengan
cara mengubah-ubah amplitude, frikuensi, fasa, atau intensitas cahaya sehingga
mampu membawa sinyal info. Berdasarkan tempat terjadinya modulasi, ada 2 macam
modulasi optik, sehingga dengan sendirinya ada 2 macam modulator, yaitu
modulator internal (internal modulator) dan modulator eksternal (external
modulator). Modulator internal memodulasi cahaya di dalam perangkat sumber
cahayanya, sedangkan modulator eksternal memodulasi cahaya di luar perangkat
sumber cahayanya. Berdasarkan interaksi antara sinyal masukan dengan media
interaksi optik, maka terdapat tiga jenis modulator ekstern yaitu
elektro-optik, magneto-optik, dan akusto-optik. Tetapi di dalam Tugas Akhir ini
dibatasi hanya menggunakan modulator elektro-optik tepatnya interferometer Mach
Zehnder sebagai pemodulasi cahaya.
E. Modulator Internal
(Sumber Cahaya)
Ada dua sumber cahaya yang dikenal dalam komunikasi optik: Light
Emitting Diode (LED) dan Illuminating Laser Diode (ILD) yang lebih sering
disebut laser. Perbandingan karakteristik LED dan LASER:
a. Light Emitting Diode (LED):
1. Daya optik keluaran rendah.
2. Penguatan cahaya tidak ada.
3. Stabil terhadap suhu.
4. Disipasi panas kecil.
5. Arus pacu kecil.
6. Lifetime lebih sedikit.
7. Tidak compatible dengan fiber optik single mode sehingga tidak
cocok untuk komunikasi jarak jauh (long haul).
b. Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER):
1. Daya optik keluaran besar.
2. Terdapat penguatan cahaya.
3. Kurang stabil terhadap suhu.
4. Disipasi panas besar.
5. Arus pacu besar.
6. Lifetime lebih lama.
7. Kompatible dengan fiber optik jenis single mode sehingga
sangat cocok digunakan untuk komunikasi jarak jauh. Dari perbandingan
karakteristik di atas, maka diperoleh bahwa LASER mempunyai kriteria yang lebih
baik dan lebih cocok untuk sistem yang digunakan daripada LED sebagai sumber
cahaya.
F. Modulator Eksternal
Modulator eksternal yang
digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah elektro-optik yang memanfaatkan
interaksi sinyal elektrik dengan media interaksi. Interaksi yang terjadi pada
elektro-optik ini adalah terjadinya perubahan indek bias media interaksi akibat
pengaruh medan elektrik yang diberikan kepada media interaksi tersebut. Jika
medan elektrik diberikan kepada media interaksi optik maka distribusi elektron
pada media interaksi akan terdistorsi dan terpolarisasi sehingga menyebabkan
indeks bias media interaksi berubah secara isotropik sehingga akan mengubah
karakteristik pandu gelombang optik atau karakteristik media interaksi. Dengan
berubahnya karakteristik tersebut maka mode perambatan berkas akan berubah baik
berupa perubahan fasa ataupun panjang gelombang. Pengaruh medan elektrik pada
perubahan indeks bias media interaksi menghasilkan dua macam interaksi
elektro-optik yaitu : Efek Pockels yang merupakan efek linier elektro-optik
pada media interaksi zat padat. Efek Kerr yang merupakan efek kuadrat
elektro-optik pada media interaksi yang umumnya berupa zat cair.
G. Mach Zehnder
Mach Zehnder merupakan jenis
modulator eksternal elektro-optik yang digunakan dalam Tugas Akhir ini, bekerja
mempengaruhi berkas cahaya yang melintas dengan menggunakan medan
elektromagnetik tertentu yang dihasilkan oleh pulsa-pulsa listrik. Atau dengan kata
lain modulator ini bekerja berdasarkan prinsip perpaduan (interfering) dua
berkas cahaya koheren yang menghasilkan pola garis-garis cahaya (fringe) sesuai
dengan besarnya beda fasa antara dua berkas cahaya tadi. Gambar 2.2 adalah
skema dasar Interferometer Mach Zehnder. Pada gambar tersebut nampak jelas cara
kerja alat jika dilihat dari arah rambatan cahayanya
Keterangan :
S sumber berkas
P titik fokus lensa L2
W1,W2,W3 muka gelombang optik
L1 dan L2 lensa kolimator
D1 dan D2 media semi pantul
M1 dan M2 cermin pemantul
Perbedaan
fasa yang terjadi bisa disebabkan dua hal, yaitu perbedaan fasa karena
pemantulan atau perbedaan karena lintasan. Pada kasus ini perbedaan fasa yang
ditimbulkan disebabkan karena perbedaan lintasan yang ditempuh kedua berkas sinar.
Perbedaan fasa akibat pantulan tidak terjadi di sini, karena terjadinya
pantulan pada masing-masing berkas sinar sama, yaitu tiap berkas sama-sama
mengalami dua kali pemantulan. Beda fasa antara dua berkas cahaya pada titik P
dapat dinyatakan dalam persamaan:
dimana :
h adalah selisih jarak antara dua berkas
cahaya dalam interferometer.
n adalah indeks bias medium perambatan optik.
Pada titik P, tempat bertemunya dua berkas
cahaya tadi, akan terjadi pola dengan titik pusat (fringe) terang jika :
dan fringe gelap jika :
Dari persamaan diatas , pola interferensi muncul
akibat perbedaan lintasan antara dua berkas cahaya yang masuk dalam
interferometer sehingga menimbulkan perbedaan fasa antara kedua berkas
tersebut. Jika tidak ada perbedaan lintasan antara kedua berkas, maka tidak
akan timbul interferensi karena tidak ada beda fasa antara kedua berkas
sehingga keduanya akan menyatu kembali dengan sempurna. Perbedaan lintasan ini
muncul karena kedua berkas tiba pada titik yang berbeda pada L2 sehingga
keduanya mencapai titik fokus lensa L2 yaitu P dengan menempuh jarak lintasan
yang berbeda pula.Karena pola interferensi yang muncul tergantung pada
parameter n dan parameter h, maka persamaan di atas dapat diturunkan
berdasarkan kedua parameter tersebut. Bila diturunkan rumus beda fasa di atas,
maka akan diperoleh :
rumus beda fasa 2
Dari penurunan persamaan di atas, seperti
yang ditunjukkan oleh persamaan beda fasa (a)terlihat bahwa perubahan fasa
tergantung pada perubahan indeks bias n dan perubahan jarak h akibat pergeseran
posisi keempat komponen optik yaitu L1, L2, M1, M2. Perubahan fasa tersebut
berbanding lurus dengan perubahan kedua parameter tadi. Selain itu, muncul
konstanta yang membuat beda fasa tidak menjadi nol bila tidak ada perubahan
indeks bias atau perubahan jarak lintasan. Sedangkan pada persamaan beda fasa b
menunjukkan pengaruh jarak dalam perubahan fasa dan persamaan beda fasa c
menunjukkan hal serupa untuk indeks bias medium perambatan. Berdasarkan gambar
model prisma di atas, redaman yang dialami berkas cahaya pada interferometer
Mach Zehnder terjadi saat melewati medium udara, media semi pantul (D1 dan D2),
lensa kolimator (L1 dan L2). Berkas diserap udara dan lensa-lensa tersebut
kemudian berubah menjadi bentuk lain baik berupa panas maupun hamburan berkas.
Timbulnya redaman tersebut tak dapat diperkirakan besarnya tergantung
karakteristik lensa-lensa dan juga medium udara di sekitar interferometer.
H. Format Awal Modulasi Sistem Optik
Untuk waktu yang lama, non-return-to-zero
on-off-keying (NRZ-OOK) mendominasi format modulasi yang digunakan dalam sistem
komunikasi serat optik. Format modulasi NRZ-OOK ini hanya akan disebut OOK.
Alasan–alasan yang mungkin mendasari penggunaan OOK pada awal aplikasi serat optik
sebagai sistem komunikasi: pertama, OOK ini hanya membutuhkan bandwidth
elektrik yang relatif kecil untuk transmitter dan receiver (dibandingkan dengan
RZ- OOK); yang kedua, OOK tidak sensitif terhadap noise fasa laser
(dibandingkan Phase Shif Keying); dan yang terakhir OOK memiliki konfigurasi
yang sederhana pada transmitter maupun receiver. Pada beberapa tahun terakhir,
sebagaimana komunikasi serat optik yang mengalami kemajuan dalam hal datarates
yang semakin tinggi, DWDM dan komunikasi jarak jauh dengan amplifier optik,
modulasi OOK akan menjadi referensi yang baik sebagai pembanding.
Blok diagram transmitter NRZ diperlihatkan
dalam gambar dibawah ini , dimana sinyal elektrik dimodulasi dengan sebuah
modulator intensitas eksternal. Modulator intensitas ini bisa berupa jenis
Mach-Zehnder atau jenis electro-absorbtion, yang mengubah sinyal elektrik OOK
dengan data rate Rb menjadi suatu sinyal optik OOK pada data rate yang sama. Lebar pulsa optik pada sebuah pulsa ”1” yang terisolasi (antara
bit-bit ”0”) sama dengan kebalikan dari data rate (1/ Rb). Untuk mendeteksi
suatu sinyal optik NRZ, digunakan sebuah fotodiode yang sederhana pada
receiver, yang akan mengubah daya optik sinyal menjadi arus listrik. Disebut
juga direct detection (DD).
0 komentar:
Posting Komentar